Selasa, 10 November 2015

Untuk Anandaku dari Ayah



Mungkin ibunda lebih kerap menelpon untuk menanyakan keadaan ananda setiap hari, tapi apakah ananda  tahu, bahwa sebenarnya ayahlah yang mengingatkan ibunda untuk menelepon ananda?
Semasa kecil, ibundalah yang lebih sering menggendong. Tapi apakah ananda tahu bahwa ketika ayah pulang bekerja dengan wajah yang letih ayahlah yang selalu menanyakan apa yang ananda lakukan seharian, walau beliau tak bertanya langsung kepada ananda karena saking letihnya mencari nafkah untuk kebahagiaan ananda.

Saat ananda sakit demam, ayah membentak ananda “Sudah diberitahu, Jangan minum es!” Lantas ananda merengut menjauhi ayah dan menangis didepan ibu.
Tapi apakah ananda tahu bahwa ayahlah yang risau dengan keadaan ananda, sampai beliau hanya bisa menggigit bibir menahan kesakitan.
Ketika ananda remaja  meminta izin untuk keluar malam. Ayah dengan tegas berkata “Tidak boleh! ”Sadarkah ananda, bahwa ayah hanya ingin menjaga ananda, karena ayah lebih tahu dunia luar, dibandingkan ananda bahkan ibunda?
Karena bagi ayah, ananda adalah sesuatu yang sangat berharga. Saat ananda sudah dipercayai , ayah pun melonggarkan peraturannya.
Maka kadang ananda melanggar kepercayaannya. Ayahlah yang setia menunggu  dengan rasa sangat risau, bahkan sampai menyuruh ibunda untuk mengontak beberapa temannya untuk menanyakan keadaan ananda, ”dimana, dan sedang apa  diluar sana.”
Setelah ananda beranjak besar , walau ibunda yang mengantar  ke sekolah untuk belajar, tapi tahukah ananda, bahwa ayahlah yang berkata: Ibu, temanilah anakmu, aku pergi mencari nafkah dulu buat kita bersama.
Disaat aku merengek memerlukan ini – itu, untuk keperluan kuliahku, ayah hanya mengerutkan dahi, tanpa menolak, beliau memenuhinya, dan cuma berpikir, kemana aku harus mencari uang tambahan, padahal gajiku pas-pasan dan sudah tidak ada lagi tempat untuk meminjam.
Saat ananda berjaya. Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan bertepuk tangan . Ayahlah yang mengabari sanak saudara, ”anakku sekarang sukses.” Walau kadang ananda cuma bisa membelikan baju koko itu pun cuma setahun sekali. Ayah akan tersenyum dengan bangga.
Dalam sujudnya ayah juga tidak kalah dengan doanya ibunda, cuma bedanya ayah simpan doa itu dalam hatinya. Sampai ketika nanti ananda menemukan jodoh.
Dan akhirnya, saat ayah melihat ananda duduk diatas pelaminan bersama pasangannya, ayahpun tersenyum bahagia. Lantas pernahkah ananda memergoki, bahwa ayah sempat pergi ke belakang dan menangis? Ayah menangis karena ayah sangat bahagia. Dan beliau pun berdoa, “Ya Alloh, tugasku telah selesai dengan baik. Bahagiakanlah putra putri kecilku yang manis bersama pasangannya.
”Pesan untuk anandaku”
Ananda..
Memang ayah tidak mengandungmu,
tapi darahnya mengalir di darahmu, namanya melekat dinamamu …
Memang ayah tak melahirkanmu,
Memang ayah tak menyusuimu,
tapi dari keringatnyalah setiap tetesan yang menjadi air susumu …

Anandaku..
Ayah memang tak menjagaimu setiap saat,
tapi tahukah kau dalam do’anya selalu ada namamu  …
Tangisan ayah mungkin tak pernah kau dengar karena ayah ingin terlihat kuat agar kau tak ragu untuk berlindung di lengan dan dada ayah ketika kau merasa tak aman…

Pelukan ayahmu mungkin tak sehangat dan seerat bunda, karena kecintaanya dia takut tak sanggup melepaskanmu…
Ayah ingin kau mandiri, agar ketika kami tiada kau sanggup menghadapi semua sendiri..

Hanya ingin kau tahu anandaku..
bahwa…
Cinta ayah kepadamu sama besarnya dengan cinta bunda..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar