Selasa, 10 November 2015

Rosululloh SAW

1. Kalau ada pakaian yang koyak, Rasulullah menambalnya sendiri tanpa perlu menyuruh isterinya. Beliau juga memerah susu kambing untuk keperluan keluarga maupun untuk dijual.

2. Setiap kali pulang ke rumah, bila dilihat tiada makanan yang sudah siap di masak untuk dimakan, sambil tersenyum baginda menyingsingkan lengan bajunya untuk membantu isterinya di dapur. Sayidatina ‘Aisyah menceritakan ‘Kalau Nabi berada di rumah, beliau selalu membantu
urusan rumahtangga.

3. Jika mendengar azan, beliau cepat-cepat berangkat ke masjid, dan cepat-cepat pula kembali sesudah selesai sembahyang.’

4. Pernah baginda pulang pada waktu pagi. Tentulah baginda teramat lapar waktu itu.. Tetapi dilihatnya tiada apa pun yang ada untuk sarapan. Yang mentah pun tidak ada kerana Sayidatina ‘Aisyah belum ke pasar. Maka Nabi bertanya, ‘Belum ada sarapan ya Khumaira?’ (Khumaira adalah panggilan mesra untuk Sayidatina ‘Aisyah yang bererti ‘Wahai yang kemerah-merahan’) Aisyah menjawab dengan agak serba salah, ‘Belum ada apa-apa wahai Rasulullah.’ Rasulullah lantas berkata, ‘Jika begitu aku puasa saja hari ini.’ tanpa sedikit tergambar rasa kesal di raut wajah baginda.

5. Sebaliknya baginda sangat marah tatkala melihat seorang suami sedang memukul isterinya. Rasulullah menegur, ‘Mengapa engkau memukul isterimu?’ Lantas dijawab dengan agak gementar, ‘Isteriku sangat keras kepala! Sudah diberi nasihat dia tetap begitu juga, jadi aku pukul lah dia.’ ‘Aku tidak menanyakan alasanmu,’ sahut Nabi s. a.. w. ‘Aku menanyakan mengapa engkau memukul teman tidurmu dan ibu kepada anak-anakmu?’

6. Pernah baginda bersabda, ’sebaik-baik lelaki adalah yang paling baik, kasih dan lemah lembut terhadap isterinya.’ Prihatin, sabar dan rendah hati baginda dalam menjadi ketua keluarga langsung tidak sedikitpun menurunkan kedudukannya sebagai pemimpin umat..

7. Kecintaannya yang tinggi terhadap ALLAH swt dan rasa kehambaan yang sudah melekat dalam diri Rasulullah saw menolak sama sekali rasa kesombongan.

8. Seolah-olah anugerah kemuliaan dari ALLAH langsung tidak dijadikan sebab untuknya merasa lebih dari yang lain, ketika di depan ramai maupun dalam kesendiriannya.

9. Pintu Syurga telah terbuka seluas-luasnya untuk baginda, baginda masih lagi berdiri di waktu-waktu sepi malam hari, terus-menerus beribadah hinggakan pernah baginda terjatuh lantaran kakinya sudah bengkak-bengkak.

10. Fisiknya sudah tidak mampu menanggung kemauan jiwanya yang tinggi. Bila ditanya oleh Sayidatina ‘Aisyah, ‘Ya Rasulullah, bukankah engaku telah dijamin Syurga? Mengapa engkau masih bersusah payah begini?’ Jawab baginda dengan lunak, ‘Ya ‘Aisyah, apakah aku tak boleh menjadi hamba-Nya yang bersyukur.’

Untuk Anandaku dari Ayah



Mungkin ibunda lebih kerap menelpon untuk menanyakan keadaan ananda setiap hari, tapi apakah ananda  tahu, bahwa sebenarnya ayahlah yang mengingatkan ibunda untuk menelepon ananda?
Semasa kecil, ibundalah yang lebih sering menggendong. Tapi apakah ananda tahu bahwa ketika ayah pulang bekerja dengan wajah yang letih ayahlah yang selalu menanyakan apa yang ananda lakukan seharian, walau beliau tak bertanya langsung kepada ananda karena saking letihnya mencari nafkah untuk kebahagiaan ananda.

Saat ananda sakit demam, ayah membentak ananda “Sudah diberitahu, Jangan minum es!” Lantas ananda merengut menjauhi ayah dan menangis didepan ibu.
Tapi apakah ananda tahu bahwa ayahlah yang risau dengan keadaan ananda, sampai beliau hanya bisa menggigit bibir menahan kesakitan.
Ketika ananda remaja  meminta izin untuk keluar malam. Ayah dengan tegas berkata “Tidak boleh! ”Sadarkah ananda, bahwa ayah hanya ingin menjaga ananda, karena ayah lebih tahu dunia luar, dibandingkan ananda bahkan ibunda?
Karena bagi ayah, ananda adalah sesuatu yang sangat berharga. Saat ananda sudah dipercayai , ayah pun melonggarkan peraturannya.
Maka kadang ananda melanggar kepercayaannya. Ayahlah yang setia menunggu  dengan rasa sangat risau, bahkan sampai menyuruh ibunda untuk mengontak beberapa temannya untuk menanyakan keadaan ananda, ”dimana, dan sedang apa  diluar sana.”
Setelah ananda beranjak besar , walau ibunda yang mengantar  ke sekolah untuk belajar, tapi tahukah ananda, bahwa ayahlah yang berkata: Ibu, temanilah anakmu, aku pergi mencari nafkah dulu buat kita bersama.
Disaat aku merengek memerlukan ini – itu, untuk keperluan kuliahku, ayah hanya mengerutkan dahi, tanpa menolak, beliau memenuhinya, dan cuma berpikir, kemana aku harus mencari uang tambahan, padahal gajiku pas-pasan dan sudah tidak ada lagi tempat untuk meminjam.
Saat ananda berjaya. Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan bertepuk tangan . Ayahlah yang mengabari sanak saudara, ”anakku sekarang sukses.” Walau kadang ananda cuma bisa membelikan baju koko itu pun cuma setahun sekali. Ayah akan tersenyum dengan bangga.
Dalam sujudnya ayah juga tidak kalah dengan doanya ibunda, cuma bedanya ayah simpan doa itu dalam hatinya. Sampai ketika nanti ananda menemukan jodoh.
Dan akhirnya, saat ayah melihat ananda duduk diatas pelaminan bersama pasangannya, ayahpun tersenyum bahagia. Lantas pernahkah ananda memergoki, bahwa ayah sempat pergi ke belakang dan menangis? Ayah menangis karena ayah sangat bahagia. Dan beliau pun berdoa, “Ya Alloh, tugasku telah selesai dengan baik. Bahagiakanlah putra putri kecilku yang manis bersama pasangannya.
”Pesan untuk anandaku”
Ananda..
Memang ayah tidak mengandungmu,
tapi darahnya mengalir di darahmu, namanya melekat dinamamu …
Memang ayah tak melahirkanmu,
Memang ayah tak menyusuimu,
tapi dari keringatnyalah setiap tetesan yang menjadi air susumu …

Anandaku..
Ayah memang tak menjagaimu setiap saat,
tapi tahukah kau dalam do’anya selalu ada namamu  …
Tangisan ayah mungkin tak pernah kau dengar karena ayah ingin terlihat kuat agar kau tak ragu untuk berlindung di lengan dan dada ayah ketika kau merasa tak aman…

Pelukan ayahmu mungkin tak sehangat dan seerat bunda, karena kecintaanya dia takut tak sanggup melepaskanmu…
Ayah ingin kau mandiri, agar ketika kami tiada kau sanggup menghadapi semua sendiri..

Hanya ingin kau tahu anandaku..
bahwa…
Cinta ayah kepadamu sama besarnya dengan cinta bunda..